PERJALANAN HIDUPKU
Saya adalah sang pemimpi yang
mempunyai karakter tidak gampang menyerah. Dilahirkan di Provinsi Jawa Timur,
saya anak kedua dari tiga bersaudara. . Saya
lahir di tahun 1997 dari desa udik Ayah saya hanya penjual
angsongan kaki lima, dengan penghasilan yang amat pas-pasan. Ibu saya hanya ibu
rumah tangga biasa, yang tak kenal letih membesarkan dan mendidik anak-anaknya
dengan penuh kesederhanaan.walaupun demikian saya tidak boleh putus asa bahwa
kemiskinan tidak boleh membuat orang harus putus sekolah. Bagaimananpun
caranya, saya harus mengupayakan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
lagi, sebab hanya pendidikanlah yang
saya percaya dapat memutus rantai kemiskinan.
Jika mengingat masa lalu mungkin saya tak sanggup membayangkan betapa susahnya duduk di bangku sekolah di tengah himpitan ekonomi, hingga sekarang saya bisa duduk di SMA .Berikut langkah ceritaku dimulai, menuju impian. Masih sangat teringat dalam ingatanku, betapa banyak tempat yang saya duduki selama menempuh studi, dari sekolah ke sekolah yang lain. Sekolah Dasar (SD) saja saya harus menduduki 2 sekolah. Ini terjadi karena orang tua selalu hijrah dari pulau ke pulau yang lain agar bisa menafkahi anak-anaknya, mereka rela melakukan pekerjaan apa saja yang menurut mereka yang bisa lakukan. Asalkan pekerjaan itu halal dan tak memperdulikan berapapun upah yang mereka terima dari usaha yang mereka lakukan walaupun terkadang upah yang mereka terima tak sebanding dengan usaha yang mereka lakukan tapi kedua orang tua saya tak pernah menunjukan betapa susahnya mencari nafkah pada anak-anaknya, orang tua saya selain berdagang angsongan kaki lima, mereka juga melakukan kerja serabutan untuk memenuhi kebuthan kami sehari-hari,yaitu sebagai petani bercocok tanam (bertani) yang di mulai dari tanah milik sendiri sampai menggarap tanah milik orang lain. Waktu dulu masih dalam perantauan di Kalimantan timur, provinsi ini terdapat berbagai macam suku, ras, bahasa, diistilahkan dalam ilmu sosiologi multikultural, bahkan masih banyak hutan rimba yang belum terkelola. Saya dan kakak saya setiap hari menempuh hutan rimba yang kadang terjatuh dari sepeda kerena jalannya penuh dengan rumput ditambah lagi jalan yang kebanyakan masih tanah maklum jalan menuju ke sekolah sebab kami tinggal di sebuah gubuk jarak perjalanan kami menuju desa (ke sekolah) sekitar beberapa KM. Namun waktu demi waktu roda kehidupan berjalan, kami tidak berputus asa dalam mencari ilmu, walaupun banyak rintangan yang perlu kami tempuh untuk menuntut ilmu,dan kami yakin bahwa segala sesuatu itu tidak mudah untuk mendapatkanya, melainkan dengan berusaha keras dan berharap agar keinginan yang kita inginkan dapat tercapai, serta bisa membanggakan kedua orangtua .
Saya sangat kuat untuk melanjutkan studi di sana, namun takdir berkata lain, waktu itu Ayah saya menderita penyakit yang cukup parah sehingga harus di rawat di rumah sakit selama beberapa hari, dan di tambah lagi dengan rumah keluarga saya yang mengalami kemalingan semua harta benda di curi oleh pencuri hingga menyebabkan keluarga saya bangkrut. Dengan musibah itu kami tidak putus asa, keluarga kami menyakini bahwa semua itu adalah jalan yang terbaik bagi keluarga saya dan di balik musibah yang menimpa keluarga saya,saya jadikan pelajaran untuk kehidupan kedepanya agar lebih hati-hati. Setelah musibah yang menimpa keluarga saya, keluarga saya mengadu nasib lagi di pulau lain yaitu di pulau Madura.Pulau Madura tepatnya di Kalianget, keluarga saya mencoba untuk membuka lembaran baru dan berharap akan mempunyai kehidupan yang lebih baik dari pada kehidupan yang telah kami lakukan di Kalimantan timur. Ayah dan ibu sudah kewalahan mencari nafkah, untungnya masih banyak keluarga kerabat yang baik hati membantu di Kabupaten ini sebab kabupaten ini merupakan tanah kelahiran ayah, dengan demikian ayah memilih menjadi penjual angsongan kaki lima yang menjual daganganya di pinggir pelabuhan, berharap akan banyak penumpang yang turun dari kapal dan membeli apa yang ayah saya jual,pada awal berjualan agak susah karena harus manyesuaikan adat dan kebiasaan orang Madura, setelah memakan beberapa waktu, dagangan yang Ayah saya jual akhirnya membuahkan hasil yang lumayan di minati oleh penduduk disana, tapi selang waktu yang tak lama Ayah saya terkena penyakit Demam Berdarah dan typus, sehingga harus di rawat di Rumah Sakit beberapa hari, setelah sembuh dari penyakit yang di derita oleh Ayah saya, beliau kembali berdagang seperti biasanya, tapi takdir yang di gariskan Allah berbeda dengan yang keluarga kami harapkan, di Madura keluarga kami mengalami kebangkrutan, sehingga pada akhirnya keluarga kami memutusakan untuk kembali ke desa plosok kota Ngawi yaitu kecamatan Sine, dan di Sine keluarga saya memutuskan untuk berjualan angsongan keliling lagi, Alhamdulillh sampai sekarang perdagangan Ayah saya masih berjalan ,sehingga Ayah saya dapat menyekolahkan saya sampai saya duduk di bangku SMA walaupun banyak rintangan yang dilalui
Di sekolah inilah saya dididik oleh seorang guru yang menurut saya bijaksana, ia selalu mendorong saya untuk terus belajar, hingga waktu itu saya di ikutkan dalam perlombaan Siswa Berprestasi, olimpiade Matematika, Alhamdulillah pada saat saya mengikuti Olimpiade Matematika tingkat Kecamatan saya mendapat juara pertama, ya walaupun hanya mendapat juara pertama di Kecamatan saya sangat senang sekali dan agak membanggakan kedua orang tua saya. Selain itu selam saya sekulah di SD saya tidak pernah tinggal kelas dan Alhamdulillah selalu mendapat peringkat kelas termasuk dalam 3 besar,kadang mendapat peringkat 3, kadang peringkat 2 bahkan peringkat 1. Seiring berjalannya waktu usiaku semakin bertambah membuatku selalu berpikir dewasa bagaimana meraih prestasi yang memuaskan. Kata haji Rhoma Irama ‘darah mudah darah berapi-api”, yang pantang menyerah dan selalu mencoba yang terbaik. Setelah lulus dari SD saya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu saya bersekolah di SMP Alhamdulillah saya tidak pernah tinggal kelas dan selalu mendapat peringkat, kadang peringkat 2 bahkan peringkat 1,dan guru saya membimbing saya untuk mengikuti Olimpiade tingkat provinsi, saat itu saya sangat senang, saya tak menyangka akan ikut Olimpiade tingkat provinsi, sebab itu saya tidak ingin membuang kesempatan yang saya terima,saya berusaha dengan penuh semangat dan pantang menyerah dalam memepersiapkan Olimpiade tingkat provinsi itu, tapi pada hari “H” saya terkena sakit Maag yang memerlukan waktu istirahat yang cukup. Sehingga saya tidak jadi ikut Olimpiade tingkat provinsi, waktu itu saya sangat kecewa, tapi saya yakin apa yang di berikan dari Allah pada saya adalah yang terbaik bagi saya, saya tak menyesalinya. Kejadian itu membuat saya lebih berhati-hati dalm melakukan sesuatu dan berpikir matang –matang jika ingin melakukan sesuatu sebelum pada akhirnya nanti menyesal. .
Seiring berjalannya waktu usiaku semakin bertambah membuatku selalu berpikir dewasa bagaimana meraih prestasi yang memuaskan. Allah SWT berfirman: ‘’Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka Allah SWT akan selalu memberikan baginya keringanan/jalan keluar’’(Ath-thalaq ayat 2-3). Dalil ini selalu menguatkan hatiku untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu, sebab saya yakin bahwa selama seorang hamba beriman kepada Allah SWT dan senantiasa menuntut ilmu syariat islam Insya Allah hamba itu akan selalu menemukan jalan keluar. Pengalaman selama studi hidupku yang selalu mandiri mendorongku selalu bersemangat menabung agar suatu ketika peluang cita-cita itu sudah di ambang pintu saya tidak kewalahan lagi mencari uang. walaupun selama saya sekolah di SMA saya harus berpisah dari keluarga saya dan saya harus mengekos karena jarak antara sekolah dan rumah saya jauh saya harus mulai menabung demi mencapai cita-citaku dan agar sedikit mengurangi beban kedua orangtua saya .
Jika mengingat masa lalu mungkin saya tak sanggup membayangkan betapa susahnya duduk di bangku sekolah di tengah himpitan ekonomi, hingga sekarang saya bisa duduk di SMA .Berikut langkah ceritaku dimulai, menuju impian. Masih sangat teringat dalam ingatanku, betapa banyak tempat yang saya duduki selama menempuh studi, dari sekolah ke sekolah yang lain. Sekolah Dasar (SD) saja saya harus menduduki 2 sekolah. Ini terjadi karena orang tua selalu hijrah dari pulau ke pulau yang lain agar bisa menafkahi anak-anaknya, mereka rela melakukan pekerjaan apa saja yang menurut mereka yang bisa lakukan. Asalkan pekerjaan itu halal dan tak memperdulikan berapapun upah yang mereka terima dari usaha yang mereka lakukan walaupun terkadang upah yang mereka terima tak sebanding dengan usaha yang mereka lakukan tapi kedua orang tua saya tak pernah menunjukan betapa susahnya mencari nafkah pada anak-anaknya, orang tua saya selain berdagang angsongan kaki lima, mereka juga melakukan kerja serabutan untuk memenuhi kebuthan kami sehari-hari,yaitu sebagai petani bercocok tanam (bertani) yang di mulai dari tanah milik sendiri sampai menggarap tanah milik orang lain. Waktu dulu masih dalam perantauan di Kalimantan timur, provinsi ini terdapat berbagai macam suku, ras, bahasa, diistilahkan dalam ilmu sosiologi multikultural, bahkan masih banyak hutan rimba yang belum terkelola. Saya dan kakak saya setiap hari menempuh hutan rimba yang kadang terjatuh dari sepeda kerena jalannya penuh dengan rumput ditambah lagi jalan yang kebanyakan masih tanah maklum jalan menuju ke sekolah sebab kami tinggal di sebuah gubuk jarak perjalanan kami menuju desa (ke sekolah) sekitar beberapa KM. Namun waktu demi waktu roda kehidupan berjalan, kami tidak berputus asa dalam mencari ilmu, walaupun banyak rintangan yang perlu kami tempuh untuk menuntut ilmu,dan kami yakin bahwa segala sesuatu itu tidak mudah untuk mendapatkanya, melainkan dengan berusaha keras dan berharap agar keinginan yang kita inginkan dapat tercapai, serta bisa membanggakan kedua orangtua .
Saya sangat kuat untuk melanjutkan studi di sana, namun takdir berkata lain, waktu itu Ayah saya menderita penyakit yang cukup parah sehingga harus di rawat di rumah sakit selama beberapa hari, dan di tambah lagi dengan rumah keluarga saya yang mengalami kemalingan semua harta benda di curi oleh pencuri hingga menyebabkan keluarga saya bangkrut. Dengan musibah itu kami tidak putus asa, keluarga kami menyakini bahwa semua itu adalah jalan yang terbaik bagi keluarga saya dan di balik musibah yang menimpa keluarga saya,saya jadikan pelajaran untuk kehidupan kedepanya agar lebih hati-hati. Setelah musibah yang menimpa keluarga saya, keluarga saya mengadu nasib lagi di pulau lain yaitu di pulau Madura.Pulau Madura tepatnya di Kalianget, keluarga saya mencoba untuk membuka lembaran baru dan berharap akan mempunyai kehidupan yang lebih baik dari pada kehidupan yang telah kami lakukan di Kalimantan timur. Ayah dan ibu sudah kewalahan mencari nafkah, untungnya masih banyak keluarga kerabat yang baik hati membantu di Kabupaten ini sebab kabupaten ini merupakan tanah kelahiran ayah, dengan demikian ayah memilih menjadi penjual angsongan kaki lima yang menjual daganganya di pinggir pelabuhan, berharap akan banyak penumpang yang turun dari kapal dan membeli apa yang ayah saya jual,pada awal berjualan agak susah karena harus manyesuaikan adat dan kebiasaan orang Madura, setelah memakan beberapa waktu, dagangan yang Ayah saya jual akhirnya membuahkan hasil yang lumayan di minati oleh penduduk disana, tapi selang waktu yang tak lama Ayah saya terkena penyakit Demam Berdarah dan typus, sehingga harus di rawat di Rumah Sakit beberapa hari, setelah sembuh dari penyakit yang di derita oleh Ayah saya, beliau kembali berdagang seperti biasanya, tapi takdir yang di gariskan Allah berbeda dengan yang keluarga kami harapkan, di Madura keluarga kami mengalami kebangkrutan, sehingga pada akhirnya keluarga kami memutusakan untuk kembali ke desa plosok kota Ngawi yaitu kecamatan Sine, dan di Sine keluarga saya memutuskan untuk berjualan angsongan keliling lagi, Alhamdulillh sampai sekarang perdagangan Ayah saya masih berjalan ,sehingga Ayah saya dapat menyekolahkan saya sampai saya duduk di bangku SMA walaupun banyak rintangan yang dilalui
Di sekolah inilah saya dididik oleh seorang guru yang menurut saya bijaksana, ia selalu mendorong saya untuk terus belajar, hingga waktu itu saya di ikutkan dalam perlombaan Siswa Berprestasi, olimpiade Matematika, Alhamdulillah pada saat saya mengikuti Olimpiade Matematika tingkat Kecamatan saya mendapat juara pertama, ya walaupun hanya mendapat juara pertama di Kecamatan saya sangat senang sekali dan agak membanggakan kedua orang tua saya. Selain itu selam saya sekulah di SD saya tidak pernah tinggal kelas dan Alhamdulillah selalu mendapat peringkat kelas termasuk dalam 3 besar,kadang mendapat peringkat 3, kadang peringkat 2 bahkan peringkat 1. Seiring berjalannya waktu usiaku semakin bertambah membuatku selalu berpikir dewasa bagaimana meraih prestasi yang memuaskan. Kata haji Rhoma Irama ‘darah mudah darah berapi-api”, yang pantang menyerah dan selalu mencoba yang terbaik. Setelah lulus dari SD saya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu saya bersekolah di SMP Alhamdulillah saya tidak pernah tinggal kelas dan selalu mendapat peringkat, kadang peringkat 2 bahkan peringkat 1,dan guru saya membimbing saya untuk mengikuti Olimpiade tingkat provinsi, saat itu saya sangat senang, saya tak menyangka akan ikut Olimpiade tingkat provinsi, sebab itu saya tidak ingin membuang kesempatan yang saya terima,saya berusaha dengan penuh semangat dan pantang menyerah dalam memepersiapkan Olimpiade tingkat provinsi itu, tapi pada hari “H” saya terkena sakit Maag yang memerlukan waktu istirahat yang cukup. Sehingga saya tidak jadi ikut Olimpiade tingkat provinsi, waktu itu saya sangat kecewa, tapi saya yakin apa yang di berikan dari Allah pada saya adalah yang terbaik bagi saya, saya tak menyesalinya. Kejadian itu membuat saya lebih berhati-hati dalm melakukan sesuatu dan berpikir matang –matang jika ingin melakukan sesuatu sebelum pada akhirnya nanti menyesal. .
Seiring berjalannya waktu usiaku semakin bertambah membuatku selalu berpikir dewasa bagaimana meraih prestasi yang memuaskan. Allah SWT berfirman: ‘’Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka Allah SWT akan selalu memberikan baginya keringanan/jalan keluar’’(Ath-thalaq ayat 2-3). Dalil ini selalu menguatkan hatiku untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu, sebab saya yakin bahwa selama seorang hamba beriman kepada Allah SWT dan senantiasa menuntut ilmu syariat islam Insya Allah hamba itu akan selalu menemukan jalan keluar. Pengalaman selama studi hidupku yang selalu mandiri mendorongku selalu bersemangat menabung agar suatu ketika peluang cita-cita itu sudah di ambang pintu saya tidak kewalahan lagi mencari uang. walaupun selama saya sekolah di SMA saya harus berpisah dari keluarga saya dan saya harus mengekos karena jarak antara sekolah dan rumah saya jauh saya harus mulai menabung demi mencapai cita-citaku dan agar sedikit mengurangi beban kedua orangtua saya .
moga success sentiasa,akhirat kekal bahagia...
BalasHapus